Tata cara Proses Pengujian Material Baja ringan Dengan standar SNI
Kamis, 24 Mei 2012
Add Comment
Proses Pengujian Material Baja ringan Dengan standar SNI
4.1.1 Material yang digunakan dalam eksperimen ini antara lain:
a. Baja Ringan (Coldformed Steel)
Baja ringan yang
digunakan yaitu
cold-formed steel profil
canal berukuran
125x50x20x2,3 dengan mutu baja (Fye) 550
Mpa, baja ringan ini juga di desaign dengan type sambungan. Sambungan baja tersebut
digunakan sebagai benda uji yang akan dipelajari kekuatan sambungan
momen yang bekerja ketika menerima beban hingga mencapai kondisi tertentu. Seperti Gambar 4.1
Gambar 4.1 Pengolahan Material Baja Untuk Eksperimen
b. Pelat Hot Rolled
Pelat hot rolled digunakan sebagai Grip untuk penyangga atau penahan
baja yang di uji. Grip yang digunkan 2 macam yang membedakan bentuk
dan
ketebalan yaitu 8 mm dan 16 mm. Seperti Gambar 4.2
4
- 1
(a) (b)
Gambar 4.2 (a) Grip Atas dan (b) Grip Bawah
c. Baut
Baut
yang digunakan untuk eksperimen adalah Baut Mutu Tinggi ( HTB)
dengan diameter
16 mm, dan jumlah baut yang di gunakan dalam eksperimen 12 buah baut. Seperti Gambar 4.3
Gambar 4.3 Baut Diameter 16 mm
d. Lengan Momen
Lengan momen digunkan untuk menciptakan
eksentrisitas
pada saat uji tarik dilakukan oleh UTM. Lengan momen bias dilihat seperti Gambar 4.4
Gambar 4.4 Lengan Momen
4.1.2 Alat yang digunakan untuk pembuatan spesimen:
a. Cuter (Alat Pemotong)
Digunakan untuk memotong spesimen dengan ketebalan tertentu. Seperti
Gambar 4.5
Gambar 4.5 Alat Pemotong b. Mesin Pengebor
Digunakan untuk melubangi spesimen. Seperti Gambar 4.6
Gambar 4.6 Alat Pengebor c. Gerinda
Digunakan untuk menghaluskan spesimen supaya tidak tajam dan halus. Seperti Gambar 4.7
4.7
Gerinda
e. Jangka Sorong dan Kunci
Digunakan untuk mempermudah bongkar pasang spesimen yang di uji. Seperti Gambar 4.8
(a) (b)
Gambar 4.8 (a) Jangka Sorong dan (b) Kunci
4.2 Setting Up Alat-Alat
4.2.1 Peralatan yang digunakan di lab ekperiment antara lain:
a. UTM
dan tumpuan
UTM
(Universal Testing Machine) berfungsi untuk memberikan beban pada benda uji dan sekaligus mengukur peralihan yang terjadi pada ujung
balok uji. Besarnya beban, kecepatan pembebanan, semuanya tercatat dan dapat dikendalikan secara otomatis lewat komputer.
Tumpuan berfungsi untuk menahan beban ketika beban dari UTM
diaplikasikan. Karena pembebanan pada UTM adalah dari bawah ke atas,
maka
tumpuan tersebut bersifat menahan gaya angkat ke atas. Seperti
Gambar 4.9
4.9 (a) UTM. dan (b) Kontrol UTM
b. Data Logger
Data logger berfungsi untuk mengkonversi
sinyal-sinyal resistensi dari
spesimen menjadi nilai regangan yang tercatat secara otomatis dengan komputer. Jenis data logger yang digunakan DC104R buatan Jepang. Lihat Gambar 4.10
Gambar 4.10 Data Logger
c. Lain-Lain
Lain-lain seperti alat tulis,
dan sebagainya
yang
turut
menunjang
kelancaran percobaan.
4.2.2 Setting Alat Uji UTM
Untuk alat uji UTM harus masukan berapa besar beban maksimum, kecepatan pemberian
beban,
interval waktu, properti
materialnya,
sifat
pengujiannya
(elastik), dan sebagainya perlu di-setting terlebih dahulu.
4.2.3 Pemasangan baja ringan (Spesimen) ke benda uji
Material baja yang akan diuji pada awal mulanya diletakkan pada UTM dan sekaligus ditahan oleh grip. Peletakan material ke alat uji harus benar dan pas supaya tidak terjadi kesalahan.
Gambar 4.11 Pemasangan Alat Uji
4.2.4 Setting Data Logger dan Tranduser
Setelah pemasangan Tranduser
selesai
dan terhubungan dengan
data logger, maka proses selanjutnya adalah melakukan setting data logger.
Gambar 4.12 Setting Data Logger dan Tranduser
4.2.5 Cek Semua Berfunsgsi
secara benar
Cek
semua alat dan persiapan semuanya supaya tidak terjadi kesalahan dalam pengujian berlangsung. Ketika
semua sudah berfungsi secara benar dan pengujian
berjalan dengan lancar, maka ulangi pengujian sesuai banyaknya material yang
akan diuji. Penelitian ini menguji sebanyak 5 kali dengan tata letak dan jumlah baut yang berbeda.
4.3
Pengaturan Data Eksperimen
Pengujian yang dilakukan
sebanyak 5 kali percobaan dengan spesimen yang
berbeda, yang membedakan yaitu tata letak dan jumlah baut antara lain: 2 baut
posisi diagonal,
3 baut posisi diagonal, 3 baut posisi vertikal, 3 baut posisi
horizontal, dan 5 baut variasi.
Pengaturan untuk data
tranduser di atur
20 data/detik, dan untuk alat UTM elongation
atau batas
pergeseran smua
spesimen
dilakukan 2 tahapan yaitu
dibatasi sampai sampai 9 mm dan 42 mm, dikarnakan untuk peralihan 9 mm belum seragam maka ditentukan
peralihan maksimal sampai 42 mm karena : (a) Menciptakan terjadinya peralihan seragam semua spesimen. (b) Peralihan sampai
42
mm sudah menunjukan bentuk pergeseran spesimen (sudah elongation). (c)
Jika melebihi batas peralihan 42 mm, dikhawatirkan menghasilkan data yang tidak
akurat (Karena terjadi kontak antara grip atas dengan flens kolom), sedangkan
untuk kecepatannya 2 mm/menit.
4.4 Analisis Bentuk Kehancuran Sesuai Dengan Perhitungan Teoritis
Bentuk kehancuran yang terjadi setelah pengujian yang dilakukan dapat dilihat
seperti Gambar di bawah:
4.4.1 Spesimen ke 1 Baut Berjumlah 3 (Vertikal)
4.13 Gambar spesimen ke-1
Pengujian spesimen baut berjumlah 3 vertikal menghasilkan bentuk keruntuhan
seperti gambar diatas, keruntuhan
spesimen terjadi pada posisi baut terentu. Keruntuhan
ini
terjadi dikarnakan eksentrisitas baut dan terjadi perputaran sudut pada posisi tertentu. Gaya yang dihasilkan
dari peralihan 9 mm adalah 577 Kgf,
dan
untuk peralihan 42 mm gaya yang dihasilkan adalah 577 Kgf.
4.4.2 Spesimen ke 2 Baut Berjumlah 3 (Diagonal)
125
R1
R2
30 30
4.14 Gambar spesimen ke-2
Pengujian spesimen baut berjumlah 3 diagonal menghasilkan bentuk keruntuhan
seperti gambar diatas, keruntuhan
spesimen terjadi pada baut ketiga yang berada diposisi bawah.. Keruntuhan ini terjadi dikarnakan eksentrisitas baut dan terjadi
perputaran
sudut pada posisi tertentu. Gaya yang dihasilkan dari peralihan 9 mm adalah 709 Kgf, dan untuk peralihan 42 mm gaya yang dihasilkan adalah 1068
Kgf.
4.4.3 Spesimen ke 3 Baut Berjumlah 5
4.15 Gambar spesimen ke-3
Pengujian spesimen baut berjumlah 5 menghasilkan
bentuk keruntuhan seperti gambar diatas, keruntuhan spesimen terjadi pada posisi tertentu.. Keruntuhan
ini terjadi dikarnakan eksentrisitas baut dan terjadi perputaran sudut pada posisi
tertentu. Gaya yang dihasilkan dari peralihan 9 mm adalah 714 Kgf, dan untuk
peralihan 42 mm gaya yang dihasilkan adalah 1347 Kgf.
4.4.4 Spesimen ke 4 Baut Berjumlah 3 (Horizontal)
4.16 Gambar spesimen ke-4
4.4.5 Spesimen ke 5 Baut Berjumlah 2 (Diagonal)
4.16 Gambar spesimen ke-5
Pengujian spesimen baut berjumlah 2 diagonal menghasilkan bentuk keruntuhan
seperti gambar diatas, keruntuhan
spesimen terjadi pada posisi baut terentu. Keruntuhan
ini
terjadi dikarnakan eksentrisitas baut dan terjadi perputaran sudut pada posisi tertentu. Gaya yang dihasilkan
dari peralihan 9 mm adalah 607 Kgf,
dan
untuk peralihan 42 mm gaya yang dihasilkan adalah 903 Kgf.
4.5
Hasil Pengolahan Ekperimen (Peralihan 9
mm dan 42 mm)
4.5.1 Hasil Spesimen ke 1 Baut Berjumlah 3 (Vertikal)
Dari peralihan 9 mm spesimen 1 didapatkan Putm sebesar 577 Kgf dan proses peralihan dapat dilihat seperti Grafik 4.1
4.1 Grafik Baut 3 Vertikal (9 mm)
Dan untuk
peralihan 42 mm didapatkan juga Putm sebesar 577 Kgf dan proses peralihan dapat dilihat seperti Grafik 4.2
4.2 Grafik Baut 3 Vertikal (42 mm)
4.5.2 Hasil Spesimen ke 2 Baut Berjumlah 3 (Diagonal)
Peralihan 9 mm spesimen 2 didapatkan
Putm sebesar 709 Kgf dan proses
peralihan dapat dilihat seperti Grafik 4.3
4.3 Grafik Baut 3 Diagonal (9 mm)
Peralihan 42 mm spesimen 2 didapatkan Putm sebesar 1068 Kgf dan
proses peralihan dapat dilihat seperti Grafik 4.4
4.4
Grafik Baut 3 Diagonal (42 mm)
4.5.3 Hasil Spesimen ke 3 Baut Berjumlah 5
Peralihan 9 mm spesimen 3 didapatkan
Putm sebesar 714 Kgf dan proses
peralihan dapat dilihat seperti Grafik 4.5
4.5
Grafik Baut 5 (9 mm)
Peralihan 42 mm spesimen 3 didapatkan Putm sebesar 1347 Kgf dan
proses peralihan dapat dilihat seperti Grafik 4.6
4.6
Grafik Baut 5 (42 mm)
4.5.4 Hasil Spesimen ke 4 Baut Berjumlah 3 (Horizontal)
Peralihan 9 mm spesimen 4 didapatkan Putm sebesar 510 Kgf dan proses
peralihan dapat dilihat seperti Grafik 4.7
4.7
Grafik Baut 3 Horizontal (9 mm)
Peralihan 42 mm spesimen 4 didapatkan Putm sebesar 831 Kgf dan proses peralihan dapat dilihat seperti Grafik 4.8
4.8
Grafik Baut 3 Horizontal (42 mm)
4.5.5 Hasil Spesimen ke 5 Baut Berjumlah 2 (Diagonal)
Peralihan 9 mm spesimen 4 didapatkan Putm sebesar 510 Kgf dan proses
peralihan dapat dilihat seperti Grafik 4.9
4.9
Grafik Baut 2 Diagonal (9 mm)
Peralihan 42 mm spesimen 4 didapatkan Putm sebesar 903 Kgf dan proses peralihan dapat dilihat seperti Grafik 4.10
4.10 Grafik Baut 2 Diagonal (42mm)
Dari hasil lab dapat dilihat semua grafik ada penurunan secara tiba-tiba
dalam proses peralihan. Hal itu disebabkan adanya slip ketika baut tertarik maka
bagian depan dari baut dulu yang tertarik dan bagian belakang belum.
Untuk membandingkan hasil pengolahan semua spesimen dengan
peralihan 9 mm maka untuk mempermudah perbandingan antar hasil spesimen yang diuji dari hasil tabel dibuat grafik perbandingan. Seperti Grafik 4.11
4.11Grafik Perbandingan (9 mm)
Dan
untuk membandingkan hasil
pengolahan
semua
spesimen dengan
peralihan 42 mm maka untuk mempermudah perbandingan antar hasil spesimen
yang
diuji dari hasil tabel dibuat grafik perbandingan. Seperti Grafik 4.12
4.12 Grafik Perbandingan (42 mm)
Karena mesin UTM menghasilkan
data peralihan yang kurang akurat ( Terjadi slip pada pegangan gribnya) maka digunakan peralihan tranduser untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Cara
menggunakan peralihan tranduser
dengan
mencocokan terlebih
dahulu timeing
yang ada pada data hasil traduser
dan
data hasil UTM. Setelah
mencocokan timeing hasil peralihan
dan gaya hasil pengujian maka di dapatkan
hasil sebagai berikut.
Untuk pengujian dengan
peralihan 9 mm sudah dapat menghasilkan gaya dari masing-masing spesimen.
Gaya yang paling besar dihasilkan oleh baut yang
berjumlah 5 dan gaya yang paling kecil dihasilkan oleh baut yang berjumlah 3 horizontal. Hasil yang diperoleh dapat dilihat padat Tabel 4.1
No
|
Tata Letak Baut
|
Putm (Kgf)
|
P.teoritis (Kgf)
|
%
|
1
|
3
Baut Vertikal
|
577
|
790
|
39
|
2
|
3
Baut Diagonal
|
709
|
980
|
38
|
3
|
5
Baut
|
714
|
1100
|
54
|
4
|
3
Baut Horizontal
|
510
|
810
|
58
|
5
|
2
Baut Diagonal
|
607
|
950
|
56
|
Dan untuk pengujian dengan
peralihan 42 mm menghasilkan gaya yang maksimal dari masing-masing spesimen. . Gaya yang paling besar dihasilkan oleh
baut yang berjumlah
5 dan gaya yang paling kecil dihasilkan oleh baut yang
berjumlah 3 vertikal. Hasil gaya yang dihasilkan antara peralihan 9 mm dan 42 mm ada perbedaan dikarnakan masih adanya depormasi yang terjadi sampai batasan yang maksimal.
Untuk hasil peralihan
dari peralihan
42 mm adalah hasil yang maksimal dari depormasi atau perubahan betuk spesimen dan menghasilkan gaya yang maksimal juga. Hasil dapat dilihat padat Tabel 4.2
No
|
Tata Letak Baut
|
Putm (Kgf)
|
P.teoritis (Kgf)
|
%
|
1
|
3
Baut Vertikal
|
577
|
790
|
39
|
2
|
3
Baut Diagonal
|
1068
|
980
|
10
|
3
|
5
Baut
|
1347
|
1100
|
23
|
4
|
3
Baut Horizontal
|
831
|
810
|
3
|
5
|
2
Baut Diagonal
|
903
|
950
|
6
|
Setelah
didapatkan hasil pengolahan data dengan mencocokan semua data
spesimen yang diuji yaitu hasil peralihan data tranduser dan data UTM maka bisa dilihat dari tabel 4.1 dan table 4.2 diatas. (Ket: Hasil Pengolahan Dilampirkan)
4.6
Interpretasi Hasil Data Lab
Berikut
hasil interpertasi data lab:
1) Pada sambungan cold formed jumlah baut tidak memberikan kekuatan yang signifikan tetapi ditentukan pada ketebalan cold formed tersebut. Sebagai bukti perbandingan 3 baut diagonal dengan 3 baut horizontal. Dan
perbandingan 3 baut
horizontal dengan 3 baut vertical. Hasil dari
perbandingan spesimen tersebut menunjukan hasil kekuatan yang tidak jauh berbeda.
2) Dan
pada
sambungan cold formed tata letak baut
sangat
menentukan kekuatan yang dihasilkan oleh sambungan.
Sebagi bukti perbandingan antara 3 baut vertikal dengan 2 baut diagonal. Hasil tersebut menunjukan perbedaan antara 2 baut dengan tata letak
diagonal menghasilkan kekuatan yang lebih besar dibandingkan 3 baut dengan tata letak vertikal.
0 Response to "Tata cara Proses Pengujian Material Baja ringan Dengan standar SNI"
Posting Komentar